mchec.org – Singkawang, sebuah kota di Kalimantan Barat yang terletak sekitar 145 kilometer utara dari Pontianak, terkenal akan kerukunan dan keharmonisan antarwarganya, sehingga mendapat pengakuan sebagai kota paling toleran di Indonesia, sebuah penghargaan yang telah diperolehnya secara berturut-turut selama tiga kali. Kota ini dikenal memiliki sejarah yang panjang dan beragam, terutama karena pengaruh budaya Tionghoa yang telah ada sejak lama.
Nama ‘Singkawang’ dipercaya berasal dari istilah dalam bahasa Hakka, ‘San Kew Jong’, yang memiliki makna kota yang berada di persimpangan antara lautan, estuari, gunung, dan sungai. Kota ini juga sering dijuluki dengan berbagai nama, seperti ‘Kota Amoy’ dan ‘Hongkong Van Borneo’.
Mengapa Singkawang dianggap sebagai kota yang sangat toleran? Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat kerukunan antara berbagai kelompok agama di kota ini. Dengan mayoritas penduduk yang terdiri dari etnis Tionghoa, Dayak, dan Melayu, Singkawang menjadi contoh nyata dari kehidupan masyarakat yang beragam namun tetap harmonis dan saling menghormati.
Kemampuan Singkawang dalam memelihara keragaman etnis dan keyakinan telah memberikan sumbangan signifikan pada reputasinya sebagai kota dengan tingkat toleransi yang tinggi di Indonesia.
Salah satu manifestasi dari komitmen Singkawang terhadap toleransi agama adalah keberadaan Vihara Tri Dharma Bumi Raya, yang lebih dikenal dengan sebutan Pekong Toa, yang diyakini telah berdiri selama dua abad.
Vihara yang bersejarah ini terletak berhadapan langsung dengan Masjid Raya Singkawang, yang merupakan salah satu masjid terkemuka di kota ini dan telah ada sejak tahun 1885. Kedekatan fisik antara vihara dan masjid tersebut merupakan simbol dari kerukunan antaragama yang telah lama terjalin di Singkawang.