mchec.org – Setiap tahun, jutaan jamaah dari seluruh dunia datang ke Masjidil Haram di Makkah. Salah satu hal yang sering mengundang kekaguman adalah bagaimana ubin yang mengelilingi Ka’bah tetap terasa dingin, bahkan di bawah terik matahari Arab Saudi yang menyengat. Ternyata, ada teknologi canggih dan kolaborasi internasional di balik kenyamanan luar biasa ini. Siapa sangka, rahasia di balik ubin dingin ini datang dari sebuah negara di Eropa?
Teknologi Canggih untuk Kenyamanan Ibadah
Ubin putih yang membentang di halaman Masjidil Haram bukanlah ubin biasa. Material ini disebut Thassos Marble, sejenis batu marmer berkualitas tinggi yang berasal dari Pulau Thassos, Yunani. Marmer ini memiliki keunggulan unik: mampu memantulkan sinar matahari dengan sangat baik dan tidak menyerap panas. Hasilnya, permukaannya tetap sejuk meski suhu udara di Makkah bisa mencapai lebih dari 45 derajat Celsius.
Mengapa Dipilih Marmer dari Yunani?
Pulau Thassos rtp medusa88 dikenal sebagai sumber marmer terbaik di Eropa. Marmer dari wilayah ini memiliki warna putih terang yang bersih dan padat, membuatnya ideal untuk area terbuka yang membutuhkan refleksi cahaya tinggi. Selain itu, daya tahan dan kemampuan alami untuk tetap dingin menjadikannya pilihan sempurna bagi proyek sebesar dan sepenting Masjidil Haram.
Proses Impor dan Instalasi yang Presisi
Pemerintah Arab Saudi bekerja sama dengan kontraktor internasional dan ahli marmer untuk mengimpor dan memasang batu ini secara presisi. Setiap potongan marmer disesuaikan ukurannya agar pas dan stabil. Selain itu, sistem drainase modern disematkan di bawah permukaan ubin untuk mencegah genangan air, menjaga keamanan dan kenyamanan jamaah.
Efek Psikologis dan Fisik bagi Jamaah
Ubin dingin ini bukan hanya sebuah keajaiban teknis, tetapi juga memberikan efek psikologis yang positif. Jamaah bisa beribadah dengan lebih khusyuk dan nyaman tanpa terganggu oleh panas yang ekstrem. Banyak dari mereka bahkan bertelanjang kaki saat mengelilingi Ka’bah tanpa merasa kepanasan—sebuah pengalaman spiritual yang diperkuat oleh kenyamanan fisik.
Bukti Sinergi Ilmu dan Iman
Keputusan untuk menggunakan marmer dari Yunani menunjukkan betapa modernisasi dan teknologi bisa selaras dengan spiritualitas. Masjidil Haram tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga contoh bagaimana sains dan inovasi dapat meningkatkan pengalaman religius umat Islam dari seluruh dunia.
Kesimpulan
Fakta bahwa ubin dingin di sekitar Ka’bah berasal dari Eropa, khususnya Yunani, mungkin mengejutkan bagi banyak orang. Namun, hal ini menjadi bukti bahwa kualitas, ketahanan, dan kenyamanan menjadi prioritas utama dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah. Sebuah pelajaran bahwa dalam hal ibadah, tidak ada batasan negara—yang penting adalah hasil terbaik untuk umat.