mchec.org – Industri semen masih terus berjuang dengan situasi oversupply yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pasokan berlebih ini diperkirakan mencapai 55 juta ton per tahun. Masalah ini masih terlihat di awal tahun 2024, khususnya pada kuartal pertama tahun tersebut.
Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian, sempat berharap permintaan akan meningkat di awal tahun ini. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memperkirakan peningkatan kebutuhan semen sebesar 3% pada tahun 2024 dibandingkan dengan periode Januari-Desember 2023. Namun, optimisme tersebut tidak terwujud karena beberapa kebijakan yang menghambat permintaan semen.
Pemerintah mengakui bahwa produk semen yang sudah jadi banyak yang menumpuk di dalam gudang. Penurunan pesanan terjadi akibat libur panjang lebaran, kebijakan larangan operasional kendaraan berat selama libur lebaran, dan memasuki masa kampanye dan pemilu. Kondisi ini menyebabkan penumpukan persediaan semen di gudang-gudang produksi.
Kemampuan produksi industri semen nasional jauh melebihi kebutuhan dalam negeri. Kapasitas produksi mencapai 120 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan semen hanya sebesar 67 juta ton pada tahun 2023. Hal ini mengakibatkan industri semen hanya beroperasi pada tingkat utilisasi rata-rata sebesar 58%.
Penumpukan semen di gudang-gudang produksi berimplikasi pada kualitas semen. Salah satu eksekutif produsen semen mengakui bahwa semen bisa mengalami kondisi membatu karena terlalu lama disimpan di gudang.