mchec.org – Amerika Serikat dengan tegas menolak proposal Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menggabungkan Gaza ke dalam wilayahnya setelah konflik berakhir. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengungkapkan dengan jelas posisi AS yang menekankan pentingnya partisipasi dan hak-hak warga Palestina melalui pemulihan Otoritas Palestina, seperti yang dilaporkan oleh AFP pada hari Sabtu (24/2).
Kirby menegaskan sikap AS yang menentang pembatasan Gaza dan penolakan terhadap pengusiran warga Palestina secara paksa dari wilayah tersebut. Selain itu, Kirby juga menyatakan bahwa AS tidak mendukung kepemimpinan Hamas atas Gaza.
Senada dengan Kirby, Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, juga menentang gagasan “penjajahan kembali” Gaza setelah perang.
Di sisi lain, Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas, menilai bahwa rencana Netanyahu tidak realistis, menyatakan bahwa ide-ide Netanyahu mengenai masa depan Gaza setelah konflik adalah tidak mungkin untuk dilaksanakan.
Penolakan ini dari AS dan Hamas muncul menyusul rencana Israel untuk strategi pasca-konflik di Gaza, yang memberikan Israel “kebebasan tanpa batas” untuk beroperasi di Gaza demi mencegah kebangkitan aktivitas teroris.
Dalam proposal tersebut, Israel juga merencanakan bahwa urusan sipil di Gaza setelah perang akan dikelola oleh pejabat Palestina yang tidak terkait dengan Hamas.
Sejak tanggal 7 Oktober, Israel telah melancarkan serangan ke Gaza dan mendeklarasikan perang terhadap Hamas. Selama serangan tersebut, pasukan Israel melakukan pemboman besar-besaran terhadap sasaran sipil, termasuk rumah sakit dan kamp pengungsian, yang mengakibatkan lebih dari 29.000 kematian dan ratusan ribu rumah hancur.